Tuhan telah
memberikan talenta kepada manusia. Talenta adalah kesempatan untuk mengaktualisasikan
diri. Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluri manusia untuk
melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. Sesuatu yang dia bisa ini erat
kaitannya dengan bakat. Jadi bakat manusia memang telah ada sejak lahir dan ini
perlu disyukuri. Bagaimana cara menyukurinya? Tentu saja menggunakan kesempatan
dengan sebaik-baiknya untuk menggali dan mengembangkan bakat yang ada.
Bakat yang ada
dalam diri manusia, termasuk peserta didik kita sangat beragam. Ada yang berbakat
menyanyi, melukis, menari, menulis, dan sebagainya. Mereka berharap dengan
bakatnya itu dapat menjadikan dirinya bermakna. Bagi yang memiliki bakat menyanyi
berharap menjadi penyanyi terkenal, seperti Agnes Monica. Begitu juga, yang
berbakat menulis pasti ingin menjadi penulis ternama, seperti Arswendo
Atmowiloto. Selain terkenal ada imbalan finansial.
Menulis berbeda
dengan bakat-bakat yang lain, seperti menyanyi dan melukis. Tidak semua orang
bisa melukis dan menyanyi. Namun, semua orang pasti bisa menulis. Hanya orang
buta huruf saja yang tidak bisa menulis. Seperti halnya yang disampaikan oleh Bapak
Arswendo Atmowiloto dalam sebuah bukunya
“Mengarang Itu Gampang”. Dalam bukunya
itu, beliau mengatakan bahwa mengarang bisa dilakukan anak-anak, remaja, orang
tua, bahkan pensiunan. Seperti halnya naik sepeda, sekali menguasai bisa
seterusnya. Tak akan lupa bagaimana caranya bersepeda, apa lagi menjadi tak
bisa.
Ada beberapa ahli berpendapat
tentang menulis. Menulis adalah jalan terbaik untuk bisa berbicara dan
menyampaikan protes pada puluhan ribu orang, bahkan ratusribuan orang. Dengan
menulis, suara hati kita bisa menjangkau
tempat-tempat jauh dan tidak terbayangkan. Menulis bukan hanya sekedar
menuangkan gagasan, tetapi menulis adalah cara untuk menjadikan diri kita
menjadi bermakna. Karena dengan menulis kita akan diajar. Ada juga yang
mengatakan kalau menulis merupakan kebutuhan, karena bisa mengekspresikan
pikiran dari emosi dan merefreshkan
pikiran. Bahkan, ada yang menjadikan kegiatan menulis itu suatu hiburan yang
menyenangkan. Berdasarkan uraian di atas, guru hendaknya dapat mengembangkan
bakat menulis peserta didik melalui pembelajaran di sekolah karena meskipun
semua orang yang tidak buta huruf bisa menulis, tidak semua orang mau menulis. Apalagi
menghasilkan tulisan yang baik dan berkualitas.
Menulis
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan di sekolah dasar. Di
antara keterampilan berbahasa yang lain seperti mendengarkan, berbicara, dan
membaca, memang yang paling sulit adalah
menulis. Hal ini dapat dilihat dari
nilai keterampilan menulis peserta didik paling rendah dibanding nilai
keterampilan berbahasa yang lain.
Nilai menulis peserta didik rendah disebabkan
oleh beberapa faktor.
Satu di antaranya adalah guru. Tidak sedikit guru yang ada di sekolah dasar enggan
untuk membantu peserta didiknya dalam mengembangkan bakat menulis. Bahkan ada
pula guru yang memang tidak mampu untuk menulis dengan baik. Bahkan, tidak tahu
bagaimana cara membelajarkan menulis yang benar kepada peserta didiknya.
Untuk menyikapi hal tersebut,
berikut penulis mencoba menerapkan empat hal yang perlu dilakukan untuk mengembangkan bakat menulis peserta
didik.
1.
Membiasakan peserta
didik menulis diary
Diary atau catatan harian merupakan catatan yang ditulis setiap
hari berkaitan dengan pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi dapat berupa
pengalaman yang menyedihkan maupun menyenangkan. Contoh pengalaman menyenangkan
adalah pada saat menerima hadiah ulang tahun, mendapat nilai bagus, dan
sebagainya. Sedangkan pengalaman menyedihkan misalnya dimarahi guru atau orang
tua.
Semua peserta didik pasti memiliki
pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi
itu berbeda-beda dan beragam. Hal ini
dapat diketahui apabila pengalaman pribadi itu diungkapkan, baik secara lisan
maupun tertulis.
Berdasarkan uraian di
atas, membiasakan
peserta didik menulis diary di buku hariannya sangatlah penting. Dengan
menulis diary diharapkan peserta didik bisa mengungkapkan semua pengalaman
pribadinya. Pengalaman pribadi yang ditulis dapat dibaca oleh guru setiap hari
untuk pengembangan pendidikan di sekolah, utamanya untuk
bimbingan konseling dan pengembangan bakat menulis.
2.
Menyediakan banyak ide
pokok dalam pembelajaran menulis
Ide pokok atau
gagasan pokok adalah pikiran atau gagasan yang secara
struktural maknawi membawahi
gagasan-gagasan lain. Dengan
demikian ide pokok merupakan gagasan konseptual yang mencakup gagasan-gagasan
lain. Gagasan-gagasan lain tersebut terwujud dalam kalimat-kalimat penjelas
atau pendukung gagasan pokok yang saling berkesinambungan membentuk satu
kesatuan yang disebut paragraf.
Pembelajaran menulis tidak
terlepas dari pengembangkan ide pokok menjadi paragraf. Ide pokok bisa diambil
dari bacaan yang telah dibaca yang kemudian dikembangkan dengan bahasanya
sendiri menjadi cerita baru yang lebih menarik.
Tetapi, bisa juga peserta didik
mencari ide pokok sendiri dan akan lebih baik bila guru menyediakan banyak ide
pokok. Dalam hal ini, setiap peserta didik dihadapkan pada ide pokok yang
berbeda-beda. Setelah usai mengembangkan ide pokok menjadi paragraf, peserta
didik melakukan presentasi. Dalam presentasi ini, peserta didik yang lain dapat
menilai dan mengajukan kritik atau saran perbaikan tulisan temannya yang sedang
presentasi. Sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan
sekaligus moderator.
Dengan disediakannya banyak ide
pokok dalam pembelajaran menulis banyak keuntungannya. Peserta didik akan lebih
mandiri dalam berpikir karena tidak mungkin meniru pekerjaan temannya. Selain itu dalam waktu yang relatif
singkat, peserta didik juga akan mendapatkan banyak hasil tulisan dengan ide
pokok yang berbeda-beda.
3.
Memotivasi peserta
didik untuk menulis di mading
Mading (majalah dinding) merupakan
wahana pajangan hasil kreativitas peserta didik di sekolah. Hasil kreativitas
tersebut dapat berupa lukisan, foto kegiatan, maupun tulisan yang berupa puisi, cerpen, deskripsi,
dan sebagainya. Bagi peserta didik yang senang melukis, dapat memajang hasil
lukisannya. Begitu pula bagi yang senang menulis, dapat memajang tulisannya.
Berdasarkan fakta yang ada, tidak
semua peserta didik memajang hasil kreativitasnya di majalah dinding, termasuk tulisan, seperti
cerpen, puisi, deskripsi, dan sebagainya. Bukan
hanya tidak memajang, tetapi memang tidak mampu menulis dengan baik.
Hal ini bisa disebabkan kurangnya
motivasi yang diberikan guru.
Guru
sangat berperan dalam memberikan motivasi. Motivasi dapat berupa reward atau penghargaan kepada peserta
didik dengan hasil tulisan
terbaik. Hadiah bisa berupa piagam, alat-alat tulis, maupun piala dan dapat diberikan tiap tengah atau akhir semester. Bila
memungkinkan setiap minggu pada pelaksanaan upacara bendera juga diumumkan yang terbaik dalam satu
minggu.
4.
Melatih peserta didik
menulis di berbagai media
Media menulis
dapat berupa media tradisional maupun modern. Media tradisional merupakan media
yang tempat menulisnya masih bersifat tradisional yaitu menggunakan kertas. Jadi media tradisional adalah media cetak
seperti, koran, tabloid, majalah, dan lain-lain. Sedangkan media modern adalah
melalui internet. Tempat menulis melalui internet antara lain adalah blog.
Menulis untuk blog
berbeda dengan media cetak. Menulis
untuk media cetak tidak harus menggunakan internet karena selain melalui
email yang menggunakan layanan internet, tulisan
dapat dikirim melalui biro jasa, seperti TIKI, kantor pos, dan sebagainya.
Sedangkan menulis untuk blog memerlukan internet. Dalam hal ini peserta didik harus
memiliki kemampuan
menggunakan internet karena menulis
di blog bersifat personal, artinya penulis harus mengirimkan tulisannya sendiri.
Maka dari itu apabila peserta
didik ingin menulis di blog harus memahami dulu tentang blog dan fungsinya.
Blog kependekan
dari Weblog. Weblog dapat dirangkum sebagai mkumpulan website pribadi yang
memungkinkan para pembuatnya menampilkan berbagai jenis isi pada web dengan
mudah, seperti karya tulis, dokumen-dokumen, gambar atau multi media. Blog juga
digunakan sebagai diary online. Artinya, blog juga digunakan untuk
menulis catatan-catatan harian seperti di buku harian. Bedanya kalau diary
online dibuat untuk dibaca dan dapat secara langsung ditanggapi oleh orang
lain. Sedang diary di buku harian cenderung hanya disimpan untuk
pribadi, sehingga tidak mudah diketahui orang lain.
Salah satu fungsi blog adalah
sebagai sarana untuk mengekspresikan pendapat, berbagi cerita dengan orang lain
di seluruh penjuru dunia. Semua ide, gagasan, maupun pengalaman pribadi dapat
dituliskan di blog dengan tujuan untuk dibaca orang lain. Sehingga harapannya orang lain yang membaca dapat memberikan tanggapan
berupa kritikan maupun saran. Dengan banyaknya kritikan dan saran akan
mengembangkan pikiran penulis untuk mengubah tulisannya agar menjadi lebih
baik. Fungsi blog lainnya yang menarik adalah dengan membuat blog akan
memperoleh uang. Wah… kita bisa kaya dengan menulis di blog.
Dengan sedikit uraian di atas semoga
guru dapat tergugah hatinya untuk dapat mengembangkan bakat menulis
peserta didiknya melalui keempat hal di atas atau dengan
cara yang lain. Penulis
yakin tidak ada lagi
kalimat yang terucap dari peserta didik, “Ah, susah menulis/mengarang!”
Nantinya kalimat yang terucap adalah “Whelehhh…., mengarang
itu gampang.”